Sumenep, infojalanan.info -
Di tengah bentang geografis kepulauan yang terpisah dari hiruk-pikuk daratan utama, para pendidik di Kangean tetap menunaikan tugasnya sebagai garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Komitmen mereka tidak semata-mata didorong oleh tanggung jawab profesional, tetapi juga oleh panggilan moral untuk menghadirkan pendidikan yang berkeadilan bagi seluruh anak bangsa.
Lembaga di kec Arjasa Sumenep menjadi salah satu representasi nyata dari dedikasi tersebut. Di lingkungan sekolah yang sederhana namun penuh semangat, proses pembelajaran berlangsung dengan penuh makna. Guru-guru tidak hanya berperan sebagai penyampai ilmu pengetahuan, tetapi juga sebagai agen transformasi sosial yang menanamkan nilai-nilai karakter, kedisiplinan, dan tanggung jawab kepada peserta didik.
Meskipun infrastruktur pendidikan di wilayah kepulauan masih menghadapi sejumlah keterbatasan, semangat para pendidik Kangean tidak pernah surut. Setiap langkah yang mereka tapaki menuju sekolah merupakan manifestasi nyata dari pengabdian, keikhlasan, dan keteguhan hati dalam mengawal masa depan generasi penerus.
Menurut salah satu kepala sekolah di Kecamatan Arjasa, perjuangan guru-guru di kepulauan adalah bentuk konkret dari falsafah pendidikan nasional: Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Mereka bukan sekadar pengajar, melainkan teladan yang menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebangsaan di tengah keterbatasan sumber daya.
Dalam perspektif pembangunan pendidikan nasional, apa yang dilakukan para guru di Kangean mencerminkan esensi dari pendidikan yang merata dan inklusif. Bahwa hak memperoleh pendidikan berkualitas bukanlah privilese wilayah perkotaan semata, melainkan hak konstitusional seluruh warga negara, termasuk mereka yang tinggal di gugusan pulau terluar Nusantara.
Menjelang peringatan Hari Guru Nasional, 25 November 2025, kisah perjuangan guru-guru Kangean patut dijadikan refleksi dan inspirasi. Di tengah segala keterbatasan, mereka membuktikan bahwa pendidikan sejati lahir dari ketulusan dan keteguhan nurani, bukan semata dari kelengkapan fasilitas.
(Yanto)


