Infojalana.info
– Suasana pengungsian korban banjir di Aceh dipenuhi hiruk pikuk warga yang antre bantuan. Di antara keramaian itu, sebuah peristiwa sederhana justru meninggalkan kesan mendalam bagi para relawan.
Seorang bocah laki-laki tampak berdiri ragu di depan posko bantuan. Tubuhnya kecil, bajunya masih lembap, dan wajahnya menyimpan lelah akibat banjir yang baru saja ia lalui. Dengan suara pelan, ia menyampaikan maksudnya kepada relawan.
“Selimut, Kak,” katanya singkat.
Relawan pun segera mengambilkan selimut dan hendak menyerahkannya. Namun sebelum pergi, bocah itu kembali menghentikan langkah relawan dengan tatapan penuh harap.
“Boleh dua? Yang satu buat mamak,” ucapnya lirih.
Permintaan sederhana itu seketika membuat suasana di posko pengungsian menjadi hening. Di tengah kondisi darurat, ketika kebanyakan orang fokus menyelamatkan diri, bocah tersebut justru menempatkan kenyamanan ibunya sebagai prioritas.
Relawan yang mendengar permintaan itu mengaku terenyuh. Bocah tersebut tidak menangis, tidak mengeluh, dan tidak meminta lebih untuk dirinya. Ia hanya ingin memastikan sang ibu tidak kedinginan saat malam tiba.
Momen ini menjadi potret ketulusan yang jarang terlihat di tengah bencana. Di balik lumpur, air, dan kehilangan, kasih sayang seorang anak kepada orang tuanya tetap tumbuh dengan begitu tulus.
Kisah bocah tersebut menjadi pengingat bahwa kemanusiaan tidak selalu hadir dalam bentuk besar, tetapi sering kali muncul lewat tindakan kecil yang sarat makna.
Pewarta : Yanto
