• Jelajahi

    Copyright © Info Jalanan
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Halaman

    Hashim Djojohadikusumo Nilai Negara Rugi Besar, Sistem Pajak hingga Royalti Dinilai Gagal Tangkap Potensi Ekonomi

    Minggu, 14 Desember 2025, Desember 14, 2025 WIB Last Updated 2025-12-14T05:16:58Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini


     Infojalanan.info 

    – Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Lingkungan Hidup, Hashim Djojohadikusumo, menilai Indonesia mengalami kerugian besar akibat lemahnya sistem penerimaan negara. Ia menyebut pengelolaan pajak, bea cukai, hingga royalti belum mampu menangkap potensi ekonomi nasional yang sesungguhnya.


    Hal tersebut disampaikan Hashim saat menjadi pembicara dalam acara Bedah Buku Indonesia Naik Kelas bertajuk Future Talk: Indonesia Naik Kelas & Peran Sivitas Akademika di Universitas Indonesia, Jumat (12/12/2025).


    Hashim mengungkapkan, selama lebih dari sepuluh tahun melakukan riset, ia menemukan bahwa rasio penerimaan negara Indonesia masih sangat rendah jika dibandingkan dengan negara lain.


    “Rasio penerimaan negara kita masih di angka 9 sampai 10 persen dari PDB. Itu sangat kecil dan termasuk yang terlemah secara global,” ujar Hashim.


    Ia menegaskan, rendahnya pendapatan negara bukan disebabkan oleh keterbatasan sumber ekonomi, melainkan persoalan tata kelola dan kinerja aparat negara yang belum optimal.


    “Potensi kita besar. Kalau sistem berjalan dan aparat bekerja dengan benar, Indonesia seharusnya tidak defisit, tapi surplus,” tegasnya.


    Dalam paparannya, Hashim juga menyoroti besarnya porsi ekonomi yang tidak masuk dalam sistem pencatatan negara. Berdasarkan data Bank Dunia, sekitar 35 persen aktivitas ekonomi Indonesia berada di sektor informal dan ekonomi gelap.


    Kondisi tersebut membuat nilai ekonomi nasional yang selama ini disebut sekitar Rp25.000 triliun, menurut Hashim, tidak mencerminkan kondisi riil.


    “Ekonomi kita sebenarnya sudah di kisaran Rp31–32 ribu triliun, tapi sekitar Rp7 ribu triliun itu tidak tercatat,” ungkapnya.


    Selain soal penerimaan negara, Hashim turut mengingatkan ancaman keterbatasan sumber daya alam. Ia memperkirakan cadangan SDA Indonesia hanya mampu bertahan hingga sekitar 50 tahun ke depan.


    Menurutnya, kondisi tersebut harus menjadi peringatan bagi Indonesia untuk segera melakukan lompatan pembangunan, khususnya melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia.


    Hashim membandingkan perjalanan ekonomi Indonesia dengan Korea Selatan. Pada era 1960-an, Indonesia berada di posisi yang lebih baik, namun kini pendapatan per kapita Indonesia tertinggal jauh.


    “Sekarang pendapatan per kapita kita hanya sekitar sepersepuluh Korea Selatan. Masalah utamanya adalah kualitas sumber daya manusia,” katanya.


    Ia pun menyoroti kualitas pendidikan nasional yang dinilai masih tertinggal secara global.


    “Dari sekitar 70 negara, kualitas pendidikan kita ada di peringkat bawah, sekitar 63,” tutup Hashim.

    Pewarta : Yanto

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini